What I Do During Corona? Bab 11 – Peduli Lingkungan. Duh, karena pandemi ini, belum lagi sering hujan deras, komplek tempat tinggal Senya jadi kurang terawat! Sampah yang menghiasi jalan ada di mana-mana, daun yang berguguran karena angin kencang dan rumput kelihatan makin tinggi. Senya mengamati sekitarnya sambil menemani ayah membuang sampah.
“Lingkungan kita berantakan sekali ya, Senya?” Tanya ayah sembari berjalan pulang sesudah membuang sampah. Senya mengangguk, manyun.
Ayah tiba-tiba berhenti untuk berpikir sejenak, membuat Senya yang menggandeng tangannya menatap heran. “Ada apa, ayah?” Tanya gadis itu.
Ayah menjentikkan jarinya, “Senya mau langsung pulang ke rumah nggak?” Tanyanya. Nona kecil itu langsung menggeleng, “Kalau boleh sih nggak yah, kita ‘kan baru keluar rumah sebentar, bosan di rumah terus. Lalu kita juga udah pake masker dan sarung tangan begini, sayang kalau langsung di letak di baju kotor. Toh, mama juga belum selesai masak.”
“Ayah setuju! Palingan kalau pulang sekarang, kita hanya akan nonton TV.” Timpal ayah yang bikin wajah Senya jadi berseri-seri, dia senang ayah setuju. Gadis itu lantas bertanya sambil menggoyang-goyangkan tangan ayah, “Jadi sekarang kita mau ngapain, yah?”.
“Gimana kalau hari minggu yang berharga ini, kita pakai untuk membersihkan lingkungan kita nak?” Tawar ayah. “Kalau nunggu-nunggu petugas komplek, kita nggak tahu kapan dibersihkan.” Lanjutnya. “Setidaknya kita kumpulkan sampah-sampah di jalan saja dulu. Mau ya?” Bujuknya melihat ada setitik rasa malas di mata Senya.
Senya melemaskan badan dan melonggarkan pegangan tangannya, dia malas. Tapi, Senya belakangan ini nggak bisa menghabiskan waktu yang banyak bersama ayah, karena ayah sibuk kerja dan dia sudah sangat muak di rumah terus. Jadi dia menghela nafas dan setuju.
Mereka kembali ke rumah untuk pamit pada mama dan mengambil karung dan mancis, lalu memutari komplek. Siapa sangka karung itu bisa penuh oleh sampah di jalanan? Sebenarnya siapa sih orang yang tega membuang sampah sembarangan itu? Senya tak habis pikir. Setelahnya, mereka mengumpulkan sampah-sampah itu di satu tempat. Tak tanggung ayah bahkan mengambil sampah yang ada di parit juga. Kemudian, ayah menyalakan mancis dan membakarnya. Tapi sebelum itu, dia sudah memisahkan sampah plastik dan langsung menjualnya ke tukang botot yang lewat.
Selagi api membakar habis sampah dan daun-daun kering yang gugur, ayah melihat ada satu ember yang terisi air, ayah cepat-cepat membuangnya ke tanah.
“Senya, apa kamu ingat berita tadi pagi yang kita tonton?” Tanya ayah.
“Ah, tentang kasus demam berdarah ya, yah? Yang kasusnya sudah melampaui sepuluh ribu itu?”
“Benar! Kamu tahu kenapa bisa begitu?” Senya menggeleng. “Salah satu alasannya, karena belakangan ini sering turun hujan. Lihat deh ember-ember di sekitar kita, air hujan yang turun memenuhi ember-ember atau tempat lain yang bisa menampung air sehingga air itu menjadi genangan. Dari genangan air bersih inilah, jentik-jentik muncul dan berubah menjadi nyamuk DBD.” Kata ayah mengakhiri penjelasannya. “Karena itu kita harus membuang semua genangan air bersih!” Dia menyimpulkan dan Senya balas mengangguk semangat.
Bersama-sama mereka kembali mengelilingi komplek untuk membuang semua genangan air yang tampak. Kalau dipikir-pikir ini sudah termasuk olahraga pagi sambil belajar. Ternyata tanpa kita sadari, ada banyak air yang menggenang entah itu di dalam ember, kaleng bekas atau bahkan aqua gelas di jalanan.
Capek sih, tapi Senya dan ayah merasa puas melihat komplek mereka yang sudah agak mendingan. Tinggal sisa rumput yang meninggi, tapi biarlah itu menjadi tugas petugas komplek. Sekarang mereka harus membersihkan badan mereka yang bau sampah dan asap dulu! Karena makanan enak bikinan mama sudah menanti di meja.
Baca selanjutnya: What I Do During Corona? Bab 12 #Flashfic
Baca sebelumnya: What I Do During Corona? Bab 10 #Flashfic
What I Do During Corona? Bab 11 What I Do During Corona? Bab 11 What I Do During Corona? Bab 11
[…] Baca sebelumnya: What I Do During Corona? Bab 11 #Flashfic […]