cerita-berkemah-anak

Kenangan Lama – Cerita Berkemah Anak. Elry mengambil beberapa buku di rak gantung miliknya. Rak itu terbuat dari kayu jati berkualitas. Sisa-sisa kayu dari perabotan Ayah yang bekerja sebagai tukang kayu. Hadiah itu diberikan ayah pada hari khususnya, tepatnya di hari pertama Elry memasuki SMP Negeri impiannya. Rak gantung khusus buku ini diberikan Ayah sebagai tanda dukungan, menyemangati Elry untuk rajin membaca buku. Berkat itu, sekarang Elry jadi maniak buku!

Pluk! Ketika sedang mengangkat buku-buku itu untuk dipindahkan ke kardus, tiba-tiba saja salah satu buku terjatuh dari tangannya, disusul dengan buku-buku lainnya yang menciptakan keributan.

“El, ada apa itu?” tanya Mama dari lantai bawah.

“Enggak ada apa-apa, Ma!” jawab Elry dengan sedikit berteriak.

Tanpa menunggu sebulan dulu, Elry segera berjongkok untuk memunguti buku-buku itu. Satu demi satu ia punguti dan jepit ke ketiak. Akhirnya, giliran buku terakhir pun tiba. Elry menatapi buku itu dengan tatapan kesal.

Kalau bukan karena buku ini, semua buku tak akan jatuh!

Selagi menatap buku itu, tak sengaja Elry juga membaca judulnya. ‘Elry and the Family!’ tulis buku itu. Di depannya ada gambar Elry, Ayah, dan Mama menghiasi cover buku itu. Seketika seluruh ingatan lama Elry muncul di kepalanya. Buku ‘Elry and the Family!’ adalah buku sekaligus album masa kecil Elry. Apapun yang ia lakukan, kegiatan, gambar, dan hal-hal istimewa baginya akan dia tulis, tempel, dan gambar di buku itu. Namun, semenjak disibukkan dengan kegiatan SMA-nya Elry tidak membuka-buka buku itu lagi.

“Hahaha ….” Kini Elry tertawa canggung, mengingat kekonyolannya dulu.

Satu demi satu halaman Elry buka sambil mengamati foto-foto dan gambarnya itu. Sampai akhirnya, tangan Elry secara tiba-tiba berhenti di sebuah foto. Di atas foto itu ada tulisan seperti cakar ayam oleh anak tujuh tahun yang bertulis ‘Camping pertama Elry ke danau Skekcits!’.

Memory Elry pun bersemi kembali. Ia teringat kembali dengan tumpukan barang di bagasi, nyanyian riang gembira oleh dirinya dan orang tuanya dalam perjalanan, warna air danau yang jernih, bau air danaunya, memasang kemah dengan Ayah, memanggang daging bersama, suara air danau di malam hari yang menemaninya sampai tidur, dan bara api unggun. Meskipun sudah bertahun-tahun silam, entah mengapa ingatan itu masih terasa nyata di benaknya.


Mama menggoncang-goncangkan bahu Elry, sambil berbisik dengan lirih, nadanya dibuat seperti sedang dalam keadaan berbahaya. “El! El!”.

Terkejut, Elry pun terbangun. “Apa, ada apa Ma!?”

Mama menahan tawa karena melihat tingkah Elry yang celingak-celinguk kesana-kemari. “Enggak ada apa-apa sayang.”

“MAMA!!!”

Mama balas tertawa sambil mencium pipi Elry si gadis tujuh tahun.

Memang dasar ikatan batin, Elry sadar ada yang janggal. “Ayah mana?” tanya El dengan wajah bantal.

“Ayahmu pergi duluan,” jawab Mama, kemudian mengulurkan tangannya. “Yuk, kita susul.”

Sebelum mereka meninggalkan mobil untuk mencari Ayah, Mama membuka bagasi mobil dan mengambil beberapa barang keperluan mereka. Barang-barang yang tadi dibawa sudah agak berkurang, bahkan gitar pun tak nampak lagi di seluruh bagian mobil. Jelaslah, itu pasti sudah dibawa Ayah.

Baca juga, yuk!: Kei Dan Arya

Keadaan saat itu begitu penuh, ada banyak tenda didirikan. Bau berbagai makanan pun tercium jelas di hidung Elry. Banyak anak-anak sebaya atau bahkan lebih kecil dan lebih tua darinya berlari-lari ke sana-kemari. Berbagai motif layang-layang menghiasi langit yang biru. Banyak orang dewasa tampak duduk di atas karpet-karpet, ada juga yang sambil rebahan. Suasananya persis seperti berada di festival!

Elry mendongak dan mengayunkan pelan tangan Mama. Dia mengatakan dengan lirih, “Ramai sekali, Mah!” “Kan sekarang sedang hari libur sayang,” balas Mama lirih pula, sambil tersenyum.

Kemudian Elry memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan Ayah. Betul saja, beberapa barang termasuk gitar ada pada Ayah. Dia terlihat sedang berbincang-berbincang dengan kakak jangkung berkulit bening. Orang itu menggunakan jumpsuit pendek berwarna coklat muda dengan topi boater melingkar sempurna di kepalanya. Sangat cantik! Lalu beberapa menit kemudian, Ayah melambai dan menandakan untuk datang kepadanya. Mereka semua pun mengikuti kakak itu menuju sebuah tanah kosong.

“El, ayo bantu Ayah pasang kemah,” ajak Ayah sambil mengeluarkan sesuatu dari tas.

Tenda milik Ayah adalah tenda dome, jadi tidak perlu repot memasangnya. Cukup menyatukan ujung-ujungnya maka tenda itu sudah mengembang sendiri. Terlebih lagi tenda ini anti air, jadi sangat cocok digunakan. Ukurannya lumayan besar, cukuplah untuk empat orang. Lalu setelah memasang tenda selesai, Ayah kemudian membawa masuk tiga kantong tidur. Tapi, ini belum selesai! Mereka masih harus mengisi dalam tenda dengan cemilan, tas, buku, dan masih banyak lagi untuk nanti malam.

Sementara Elry dan Ayah sibuk dengan tenda, Mama sibuk menyiapkan sisanya. Karena lokasi mereka berada dekat dengan pepohonan, Mama jadi mesti menyapu tanahnya terlebih dahulu, guna menyingkirkan daun-daun yang mengganggu. Setelah beres, Mama menebarkan tikar bermotif kayu garis-garis ke tanah, lalu meletakkan makanan, piring, dan sejenisnya

“Ayah, Elry makan!” teriak Mama dari luar tenda.

Seketika Ayah dan Elry yang sudah selesai menata tenda pun keluar dan langsung terduduk di tikar. Sebelum Mama mempersilahkan mengambil makanan, Ayah dan Elry duluan mengambil piring dan menyikat berbagai jenis makanan di piring. Tak mau kalah, Mama pun ikutan melakukan hal serupa. Sehabis berdoa acara makan pun dimulai.

Sisa hari itu dihabiskan dengan Elry yang berkeliling danau dengan sepedanya sambil bermain dengan teman baru yang ditemuinya di sini. Ayah membaca koran dan mengerjakan sisa deadline pekerjaannya, sedangkan Mama mencuci bekas makanan mereka di sebuah tempat khusus dan menggambar untuk pekerjaannya pula. Pekerjaan Mama terbilang enak, karena Mama bekerja untuk sebuah penerbitan, menggambar sampul untuk buku yang akan diterbitkan.

Malamnya Ayah membuat api unggun. Selagi Ayah menyiapkan api unggun, Mama dan Elry menusuk-nusuk daging sapi dan bakso, meletakkan kecap, saus, bumbu, dan bahan-bahan sejenisnya. Tiga puluh menit kemudian, sate bakso dan sapi pun siap! Siap untuk disantap maksudnya.

Saat tidur pun tiba. Di luar gelap, tapi dari dalam banyak tenda tampak cahaya senter remang-remang keluar, membuat daerah perkemahan ini sedikit terang. Tidak ada pengunjung lagi di luar, semuanya sudah berada di dalam tenda. Elry sendiri sedang sibuk menempelkan foto-foto dan gambar hasil kolaborasi dengan teman barunya hari ini. Sebelumnya dia, Ayah, dan Mama bermain bayang-bayangan dulu sebelum tidur.

“Tidur, Nak,” kata Mama lembut. Siapa pun yang mendengar suara Mama saat itu pasti akan langsung menurutinya. Karena suara Mama memang lembut sekali, seperti mantra yang dapat menyihir siapa pun.

“Oke, Ma,” sahut Elry yang sudah terkena mantra. Dia berbalik dan masuk ke kantong tidurnya yang terletak di tengah orang tuanya.

Malam ini pun berlalu, dan mereka terus menikmati liburan selama tiga hari dan dua malam.


“Elry sudah selesai berkemasnya, Nak?”

Elry pun segera berbalik untuk melihat siapa itu. Rupanya itu Mama yang sedang bersandar di badan pintu!

“Eh!?” Elry sedikit agak linglung, wajah malu-malu terpancar jelas di mukanya. “Ini hampir beres, Mah.”

Mama membalas sambil tersenyum hangat, “Oke Sayang, jangan lama-lama ya, nanti kita telat lho ke asramamu!” Lalu mama pun berbalik pergi.

Elry kembali memfokuskan dirinya ke buku berwarna kuning yang dipegangnya. Menutupnya, kemudian mencium dengan bibirnya, memasukkan buku itu ke kardus sesuai tujuan semula, disusul dengan buku-buku Elry yang lain. Lalu, dia pergi menuju mobil yang di parkir di pekarangan sambil menenteng kardus berisi buku-buku lama itu di bahu, dan tentu saja dengan pipi yang bersemu merah.

Meskipun sudah lama berlalu, kenangan akan selalu menjadi kenangan.

Begitulah, masa kanak-kanak Elry telah berakhir. Sebentar lagi dunia perkuliahan akan dimulainya. Meski begitu, buku itu akan selalu menemaninya, mengingatkan tentang kenangan-kenangan indah bersama orang tuanya di negeri rantau.

cerita berkemah anak cerita berkemah anak cerita berkemah anak cerita berkemah anak cerita berkemah anak

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here