what i do during corona? bab 6

What I Do During Corona? Bab 6 – Kumpul Keluarga. Sudah beberapa bulan lamanya, Senya dan orang tuanya tidak pernah kumpul bersama keluarga besar mereka lagi akibat pandemi. Wajah gadis itu sedikit muram, ia jadi kangen kakek, nenek dan tante di kampung, serta paman beserta istri dan sepupu-sepupunya di kota sebelah. Hal itu jadi buat moodnya menggambar keluarga besar untuk tugas sekolah jadi turun.

Pintu diketuk dari luar, membuat Senya sadar kembali dari lamunannya. Itu pasti ibu, pikirnya. Karena memang siapa lagi yang ada di rumah siang bolong ini selain mereka? “Masuk, Bu!” Gadis manis itu menjawab dan ibu pun masuk.

Ternyata ibu datang membawa kue basah bikinannya dengan dua gelas sirup segar. Wanita itu berniat mengecek Senya yang baru menyelesaikan sekolah daringnya. Melihat ada kertas dan pensil gambar berserakan di lantai, ibu bisa langsung menebak apa yang terjadi. “PR hari ini menggambar ya, sayang?” Dia bertanya sambil mengelus rambut hitam legam putrinya.

“Betul.” Balas gadis itu mengangguk, tanpa ditawari dulu pun tangannya spontan meraih segelas sirup jeruk. Dia menghabiskan setengah gelas dalam sekali teguk dan menggigit es batu yang masuk ke mulutnya. Bunyi es batu yang digigit itu entah kenapa bikin ibu ngilu.

“Ada masalah?” Tanya ibu lagi dengan tatapan penuh belas kasih. Memang ibu namanya yang sangat dan langsung peka dengan raut, nada bicara dan gerak-gerik anaknya sekecil apa pun. Dia sadar kalau anak gadisnya saat ini sedang sedikit tidak bersemangat dibandingkan biasanya, biasanya Senya senang menceritakan semua hal yang dialaminya saat itu tapi ini tidak.

Senya sedikit kaget juga karena ibu peka. Dia mengangguk, “benar.” Jawabnya.

“Ada apa?” Wanita itu tersenyum dengan cantiknya, membuat perasaan Senya jadi lebih merasa lebih baik.

Dengan jujur dan sambil sesekali menggigit kue basah, Senya mulai menjelaskan, “Jadi hari ini aku dapat tugas menggambar keluarga, sebenarnya menggambar keluarga kita saja bisa sih, tapi kalau begitu halamannya jadi banyak yang kosong!” Dia cemberut, mama tertawa dalam hati dan wanita itu berusaha menahan jemarinya untuk tidak mencubiti pipi gadisnya yang menggemaskan. “Karena itu aku ingin menggambar keluarga besar kita. Tapi… karena sudah berbulan-bulan nggak ketemu, pasti wajah mereka sudah berubahkan? Aku gak bisa pakai foto keluarga tahun lalu untuk jadi model.”

Mama terdiam seperti sedang berpikir, lalu beberapa detik kemudian kembali mengelus rambut Senya dan membalas, “Begitu ya. Baiklah ibu mengerti, Senya nggak usah kerjain PR menggambarnya dulu ya? Batas waktunya gak hari inikan?”

“Eh, eh!” Gadis itu tampak ragu-ragu. “I-iya sih, masih dua hari lagi. Tapi, memangnya boleh?” Kecil seperti berbisik sekali suaranya ketika mengatakan kata-kata terakhir.

Mama tak sanggup lagi menahan tawa melihat kekonyolan Senya. “Boleh dong, sayang! Tapi besok mesti dikerjakan.” Dia merangkul buah hatinya.

Jarum jam menunjuk pukul delapan malam, Senya hendak mengambil piring berisi nasi dan lauk pauk untuk makan malam namun ayah mencegatnya. “Senya, ayo bawa piring ini ke ruang tamu!” Kata ayah sambil memegang dua piring dan Senya dengan piringnya. Gadis itu kebingungan sejenak karena tak biasanya mereka makan di ruang tamu, tapi dia manut saja.

“Hai, semua!” Seru mama. Senya yang berjalan dibelakang ayah, memiringkan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi. Oh, ternyata mama sedang zoom meeting dengan kakek, nenek dan… keluarga besar mereka!?

“Surprise!” Seru ayah dan semuanya yang bikin Senya kaget. Rautnya seketika bersinar-sinar, dia senang sekali!

“Bagaimana, bagaimana bisa seperti ini? Dia masih tak percaya dan semua pun tertawa.

“Tadi mama chat di grup Whatsapp keluarga kita untuk Zoom meeting sambil makan malam bareng. Karena lagi ada yang kangen tuh, katanya gak mood gambar karena gak bisa lihat keluarga besar.” Ejek mama dan dengan cepat Senya menutup mulut mama karena malu. Semua kembali tertawa dan wajah gadis itu dengan cepat berubah merah.

Begitulah, mereka akhirnya menghabiskan waktu untuk bercakap-cakap santai sampai jam sepuluh malam. Walaupun rasanya tak seasyik bertemu langsung, tapi begini pun tak apa. Yang penting mereka bisa tetap bertemu dan melihat wajah satu sama lain sambil mematuhi aturan perintah dan terhindar cari covid-19. Zoom meeting ditutup setelah Senya dan keluarga besarnya berhasil berfoto bersama. Dengan perasaan senang, malam itu juga tanpa sepengetahuan ibu, Senya langsung menggambar keluarga besarnya yang sedang Zoom meeting. Cengiran terpampang nyata di wajahnya.

Baca selanjutnya: What I Do During Corona? Bab 7

Baca sebelumnya: What I Do During Corona? Bab 5

what i do during corona? bab 6 what i do during corona? bab 6 what i do during corona? bab 6

2 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here