Curhatan sedih anak sekolah. Jadi aku mau cerita, ini sesuatu yang bikin aku trauma banget sampai sekarang. Cerita ini aku mulai waktu masih duduk di bangku SMA. Dari kecil aku memang punya kelebihan mudah dekat sama orang lain atau sering disebut supel. Banyak orang bilang kalau aku bawa positif vibe, mungkin pengaruh karena punya orang tua yang baik.
Tapi karena punya orang tua yang baik yang notabene selalu manjain dan turutin apa yang aku suka, juga lingkungan atau teman-teman yang selalu bilang aku baik, cantik, dan ramah buat aku jadi cuek sama penampilan dan aku merasa aku oke aja kok. Karena itu gak heran kalau penampilanku gak cantik-cantik amat agak gendut, tinggi, dan penampilannya gak banget.
jadi aku masuk SMA dan seperti biasa aku langsung deket sama anak-anak sekelas termasuk cowok. Waktu berjalan, karena aku deket sama cowok-cowok, pernah beberapa kali pacar mereka labrak aku. Tapi aku abaikan aja, wong aku sama cowok mereka hanya temanan kok dan cowok mereka mah seringnya minta contekan PR atau sekedar curhat!
Kadang waktu aku pergi entah ke kantin, suka dengar atau ada yang ngelapor kalau aku diceritain. Biasanya sih pada ngarah ke fisik. Kayak, dia jelek gitu kok bisa ya deket sama cowok? Cewek gatel, ih! Sadar diri, donk! Jujur, aku bukannya gak sadar sama penampilanku, sejak masuk SMA aku malah sering merasa insecure karena baru sadar aku tuh ternyata kurang rawat diri banget! Tapi, karena dari dulu orang tuaku selalu ngajarin fisik bukanlah segalanya melainkan kecerdasan itu utama! Aku jadi nggak take it seriously dan fokus belajar dengan giat.
“Dilabrak lagi Vis?” Bisik seseorang di telingaku, ternyata dia Hendra. Hendra ini teman cowok yang paling deket denganku di SMA. Rambutnya di pomade, tingginya lumayanlah soalnya doi anak basket, sopan dan ganteng. Ini rahasia, tapi dia cinta pertamaku.
“Iya, hehe.” Aku menjawab setenang mungkin. Waktu itu aku bersyukur banget karena bisa punya satu kelebihan lagi, yaitu mengontrol sikapku. Entah sebenarnya di dalam aku pengen nangis, marah, atau malu aku selalu bisa mengendalikan sikap luarku tetap tenang. Karena itu dulu aku punya julukan, Visi si penyabar. Kekeke.
“Yah, yang sabar ya Vis, mereka itu cuman iri. Gak usah dipikiran, kamu lebih dari mereka.” Dia penepuk pundakku seperti biasa. “Oh, ya! Makasih udah minjemin buku matematika kemarin, membantu banget! Aku bakal traktir kamu makan bakso, mau ya?”
Ini yang buat aku suka dia. Orangnya ceria, selalu bela dan peduli sama aku, suka kasih semangat juga dan berbeda dengan cowok lain setiap ngucapin terima kasih aku tahu dia tulus. Orang seperti itu, tentu bukan hanya idaman aku seorangkan? Ya, justru karena dia sangat populer dan terlalu sempurna aku jadi gak pede ngungkapin perasaanku.
Senang rasanya bisa menyembunyikan perasaan berdebar setiap bareng dia dengan rapi, sampai akhirnya dia datang padaku dengan wajah berseri-seri dan bilang sudah jadian dengan Dewi, siswi tercantik angkatan kami. Cemburu? Pasti. Nyesek? Apalagi. Tapi melihat dia yang sebahagia itu bikin aku jadi ikut bahagia. Toh, memang dari awal aku udah hopeless ‘kan?
Waktu kembali berlalu, perlahan-lahan aku dan Hendra jarang ketemu. Tentu saja, itu karena dia sibuk dengan pacarnya. Paling-paling, kami hanya bicara saat dia meminjam buku atau minta diajarin sesuatu padaku. Itu pun sudah cukup buat aku senang, namun disatu sisi aku juga merasa berdosa karena masih suka sama dia yang sudah punya seseorang.
Hari itu menjelang ujian tengah semester, aku mendadak demam tinggi karena terlalu giat belajar dan berakhir tidak masuk sekolah selama sepuluh hari. Rasanya tentu senang bisa masuk sekolah lagi ketimbang harus berada di kamar terus. Aku berjalan dengan santai ke kelas tanpa tahu yang terjadi selanjutnya…
Aku masuk ke kelas dan menyapa salah satu anak cowok, dia diam aja. Lalu tiba-tiba ada orang yang mendorong dari belakang, Baru ‘ku sadari, kalau dari tadi semua orang memperhatikanku. Cowok yang ku sapa kemudian membuka mulutnya, “Gak usah sok deket! Sadar diri dong, lu itu jelek!”.
Sakit dan kaget bukan main, tiba-tiba saja semua cowok dikelas menghina fisikku bahkan Hendra. Aku nggak ingat hinaan apa saja yang mereka katakan, karena samar-samar aku dengar dan lihat sekelompok gadis yang sering labrak aku, ngomong, “Tuhkan, apa aku bilang! Orangnya gatel.” Nggak butuh waktu lama, aku langsung lari keluar kelas sambil nangis.
Belakang aku baru tahu, kalau selama aku gak masuk sekolah, Dewi menghasut teman-teman cowok sekelasku. Biasalah, cowok kalau udah cewek cantik yang ngomong, benar atau tidak pasti akan langsung butakan? Pantas aja, waktu aku gak sengaja papasan dengan Dewi yang saat itu dia baru aja jadian dengan Hendra dan hendak ucapkan selamat, tangan aku diabaikan begitu aja. Dan karena itu juga hubunganku dengan Hendra terasa semakin canggung.
Baca Curhatan Lainnya: Curhat Tentang Cinta – Ini Cerita Gue Waktu SMP…
Ada yang bilang kalau sejak awal, jauh-jauh hari sebelum jadian dengan Hendra, Dewi sudah cemburu denganku. Karena aku bisa dekat dengan siapa aja, punya nilai yang bagus, dan sifat yang baik. Sebenarnya, dia yang ngomporin para cewek untuk ngelabrak aku, kasih inspirasi ke mereka untuk hina fisikku.
Apa tadi kata cowok-cowok itu? Sok deket? Yang sok deket sebenarnya siapa? Kalian ‘kan yang sebenarnya sok deket dengan maksud ingin mendapatkan contekan, minta saran dan ingin dekat dengan temanku?
Setelah hari itu aku dikucilkan, melewati ujian semester yang terasa mencekik. Namun sekali lagi, aku bersyukur punya orang tua yang baik. Begitu mereka tahu hal itu, mereka langsung memutuskan untuk mengeluarkanku dari sekolah. Orang tuaku sadar kalau aku butuh waktu untuk sembuh dan selama waktu yang seharusnya aku habiskan dengan bahagia di SMA aku gunakan untuk belajar sungguh-sungguh dan perawatan diri.
Kejadian itu masih membawa membekas sampai sekarang. Sejak aku masuk kuliah sampai udah kerja sekarang, refleks langsung paranoid dan merasa gak nyaman kalau ada cowok yang mendekat atau hanya sekedar duduk disebelah. Sampai aku berpikir, bisa gak ya aku menjalin hubungan kalau gini terus?
Hal-hal yang dapat ‘ku pelajari dari kisah itu adalah…
- Jangan terlalu baik, karena itu malah dimanfaatkan orang lain dan bikin orang lain juga iri.
- Tentu saja kecerdasan itu yang utama, tapi jangan lupa untuk merawat diri karena bagaimanapun kita hidup dalam lingkungan yang fokus melihat bagian luarnya saja.
- Apa pun itu, jangan terlalu akrab pada cowok. Udah itu aja.
Yah, itu aja curhatan sedih anak sekolah yang bisa aku bagikan.
Baca Curhatan Lainnya: Curhat Remaja – Ternyata Dia Suka Gue
Perhatian:
Yo! Kamu punya kisah masa remaja yang ingin dibagikan? Seperti curhatan sedih anak sekolah ini, atau bisa juga lainnya entah itu curhat remaja tentang cinta, persahabatan, pubertas, keluarga, atau bahkan hal sensitif? Silahkan tulis di kolom komentar atau email aku di remajaasik2020@gmail.com untuk diskusi lebih lanjut pasti akan dibalas kok. Oh ya, nggak mesti umur remaja ya! Kakak-kakak atau bahkan nenek-nenek juga boleh kok hehe mana tahu mau mengenang masa lalu dan nama pasti disamarkan!